Aku
terbangun dalam keheningan. Suasana sunyi senyap dalam kabut tipis yang
menyelimuti. Aku mencoba berdiri sebisanya dengan kedua kakiku. Badanku terasa
berat dan seperti hilang keseimbangan. Kucoba untuk tetap berdiri, lalu kulihat
sekeliling. Tampak begitu sepi, kosong. Tidak ada satu makhluk hidup pun yang
terlihat. Hanya ada bangunan bangunan kusam, yang terlihat sudah tak terawat.
Beberapa bagian tertutupi lumut, beberapa lagi sudah hancur tak berbentuk.
Sampah berserakan dimana mana. Koran- koran bekas dan kertas juga benda benda
lain tersapu angin yang terasa mencekam dan membawa aura dingin yang
menakutkan. Matahari hanya tampak di ufuk. Tertutupi debu, membuat suasana aneh
yang menambah kekosongan akan kota ini. Mobil mobil dan juga motor terparkir
berserakan di tengah jalan.
Kucoba
untuk terus berjalan, menyusuri kota yang tak berpenghuni ini. Dengan sedikit
terhuyung-huyung aku terus berjalan. Hingga kurasa tubuhku tidak kuat lagi
menopang berat badanku. Aku kehilangan keseimbangan. Beruntung ada sebuah
tongkat yang tertancap di depanku. Ku coba bertumpu pada tongkat itu sebelum
aku benar benar terjatuh. Aku mencoba untuk tetap tenang. Lambat laun kurasa
keseimbanganku mulai pulih kembali. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku
sebelumnya hingga aku merasa sangat lemah. Dalam hatiku terus bertanya-tanya,
mengapa kota ini begitu sepi. Mengapa tidak ada satu orang pun disini. Namun
aku tak menemukan jawabannya sedikitpun. Mengkhawatirkan kota ini, aku lebih
khawatir dengan keadaan tubuhku. Apa aku bisa bertahan dalam keadaan yang serba
aneh ini. Akhirnya aku rasa sanggup untuk berjalan kembali. Menyusuri kota ini,
mencari jawaban akan semua keanehan ini. Dengan bantuan tongkat ini aku berusaha
untuk terus berjalan.
Jauh
aku menelusuri kota ini, hanya ada kekosongan dan kesepian yang kutemukan.
Hanya ada sampah dan rongsokan dimana mana. Hingga kurasa aku sudah mampu untuk
berjalan dengan normal. Dan kini aku merasa lebih baik daripada beberapa menit
yang lalu. Sepertinya tubuhku dengan cepat memulihkan diriku. Aku tidak tahu
apakah ini normal atau tidak. Tapi yang pasti aku merasa semakin kuat untuk
bisa berlari. Dengan pelan dan pasti aku coba untuk mempercepat langkahku dan
terus mempercepatnya. Hingga kini aku lebih seperti orang berlari daripada
orang yang berjalan. Tubuhku terasa semakin ringan. Semakin cepat dan juga bisa
dengan mudah melompati lubang lubang besar yang ada di jalan. Lubang yang
terlihat akibat dari hantaman benda besar. Hingga akhirnya kini aku bisa dengan
leluasa meloncat di antara gedung gedung. Melihat dari tempat yang lebih
tinggi. Namun semua nya tetap saja sama, hanya ada kekosongan dan kehampaan.
Semuanya terlihat mati. Bahkan benda mati sekalipun terlihat benar benar mati.
Aku
terus saja meloncat dari satu gedung ke gedung lain dengan mudahnya. Tubuhku
terasa sangat ringan. Hingga jauh aku menelusuri kota ini, namun tidak
menemukan apapun yang menjawab apa yang sebenarnya terjadi dengan kota ini.
Suasana gelap tiba tiba menjadi sangat terang. Sebuah cahaya yang begitu terang
muncul di atas langit. Begitu terangnya sampai sampai membuat pandangan menjadi
kabur. Cahaya itu terus meluncur dengan kecepatan tetap kebawah, tepat menuju
arah di depanku. Aku penasaran apa sebenarnya cahaya itu. Aku percepat langkahku
untuk mencari tahu. Langkahku menjadi sangat cepat melewati gedung gedung.
Kulihat cahaya itu semakin dekat dengan permukaan. Hingga saat ia menyentuh
tanah terdengan bunyi gemuruh yang sangat hebat, begitu hebat hingga membuat
benda benda di sekitar bergetar dengan kerasnya. Lalu aku merasa hempasan yang
begitu kuat dari arah terjadinya tumbukan itu. Aku terhempas hingga jauh
menabrak gedung dan menghancurkan semua yang ada. Hempasan itu sendiri sangat
dahsyat. Hingga yang dilewatinya menjadi rata dengan tanah.
Aku
mencoba untuk bangkit, berbalik arah dan berusaha lari dari hempasan dahsyat
yang terus mengejarku. Aku berusaha sekuat mungkin untuk lari diantara gedung
gedung yang mulai berjatuhan, di antara batu batu yang berterbangan dan juga
mobil mobil yang ikut terhempas. Aku mencoba menghindar dari setiap benda yang
terhempas dengan kecepatan tinggi. Hingga akhirnya kecepatanku tak mampu lagi
menghindari hempasan yang begitu kuatnya. Akupu terhempas terbawa bersama benda
benda lain yang bernasib tak jauh beda dengan tubuhku. Akhirnya aku mendarat
dengan kecepatan tinggi ketanah. Menghancurkan apa saja yang terlewati oleh
tubuhku. Aku tak bisa mengendalikan lagi tubuhku. Lalu aku terhenti setelah
semua hempasan mereda, hanya menyisakan hamparan luas dengan puing puing
bangunan yang hancur. Menambah kekosongan yang ada.
Sayup
sayup aku melihat kepulan asap hitam dari arah terjadinya tabrakan antara
cahaya aneh itu dengan tanah. Dengan segala yang tersisa aku mencoba untuk
bangkit dan berdiri, namun sepertinya tulang tulangku berpatahan. Hingga aku
tak mampu menggerakan tangan dan kakiku. Sepertinya pakaian yang aku kenakan
juga mengalami nasib yang sama. Hanya tersisa bagian bagian yang masih menempel
di tubuhku. Perlahan aku bisa menggerakan tanganku. Sepertinya tubuhku dengan
cepat menyembuhkan diri. Tulang tulang yang patah juga mulai tersambung dengan
sendirinya. Namun aku merasakan sakit yang sangat sangat sakit. Aku kira aku
akan mati. Tapi sepertinya tubuhku berkata lain.
Setelah
beberapa lama, aku bisa bangkit lagi. dengan bantuan tongkat yang terus aku
genggam di tangan aku berusaha untuk berdiri dan menyeimbangkan tubuhku. Aku
berdiri dan memandang ke sekeliling. Benar benar telah hancur, puing puing
berserakan. Tidak ada satupun yang tersisa. Dari suatu kota yang tak
berpenghuni menjadi padang luas dengan puing puing. Aku melangkahkan kakiku di
antara puing puing. Sepanjang mata dapat melihat hanya ada kekosongan dengan
langit merah yang semerah darah. Sepertinya kejadian barusan mempengaruhi warna
langitnya. Kebingungan melanda pikiranku. Aku tidak tahu apa yang harus aku
lakukan. Aku hanya terus berjalan di antara puing puing kehancuran. Berbagai
macam pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku. Belum lagi terjawab mengapa kota
menjadi tidak berpenghuni kini cahaya aneh menghancurkan segalanya. Apakah ini
kiamat? Tapi mengapa hanya diriku yang tersisa?
Mungkin
dibalik kepulan asap hitam itu ada jawabnya. Aku berjalan menuju kearah asap
itu. Asap yang terjadi akibat hantaman keras cahaya aneh itu. Terus berjalan
hingga di kejauhan aku melihat ada yang bergerak. Puing puing kehancuran itu
mulai bergerak. Lalu sesosok makhluk muncul dari dalam puing puing itu.
Merangkak mencari jalan keluar, dari jauh terlihat seperti manusia. Apakah dia
juga salah satu yang selamat? Aku menjadi sangat penasaran. Mungkin dia tahu
apa yang sebenarnya terjadi. Aku harus mencari tahu. Kupercepat langkahku
menuju sosok itu. Sementara sosok misterius itu mencoba berjalan dengan
tertatih tatih. Aku pun berlari dengan kecepatan penuh untuk segera tahu.
Namun,
bukannya manusia yang aku temukan. Sosok itu lebih mirip mayat hidup dengan
wajah hancur berbau amis, dan juga tangan yang aneh. Mata yang keluar dari
wajah. Mulut yang hancur dan juga darah bercucuran dimana-mana. Makhluk apa
sebenarnya itu. Aku menghentikan langkahku. Terperangah dengan apa yang barusan
terjadi. Makhluk itu masih dengan langkah tertatih mendatangiku.aku coba untuk
tetap tenang, mungkin saja dia bisa di ajak bicara. Karena Cuma makhluk ini
satu satunya yang bergerak yang bisa aku temukan. Makhluk ini semakin dekat
dengan ku, dan tiba tiba dari balik punggungnya muncul lengan lengan aneh,
seperti lengan serangga dengan ujung runcing. Ada sekitar empat atau lebih yang
muncul dan secara tiba tiba menyerang ke arahku. Refleks aku mengayunkan
tongkatku untuk menangkisnya, beruntung aku bisa menahannya. Lalu aku coba
menghindar dan lompat kebelakang untuk bersiap siap. Makhluk itu terus saja
datang menyerangku. Kali ini aku balas menyerangnya demi untuk mejaga hidupku.
Ku ayunkan tongkatku ke arah kepalanya, membuat kepalanya terpisah dari
tubuhnya. Aku tidak menyangka aku sekuat itu untuk membuat putus kepalanya.
Namun makhluk itu tetap saja berdiri dan kini malah lebih agresif menyerangku.
Bahkan dari kepala yang putus muncul lengan lengan aneh dan mulai merangkak ke
arahku. Aku ayunkan tongkatku sekuat tenaga kearah tubuh aneh yang terus saja
berusaha membunuhku. Tubuh itu terpental cukup jauh, namun dapat berdiri lagi
dan kembali berjalan ke arahku. Sepertinya makhluk ini tidak bisa di bunuh
hanya dengan pukulan tongkat saja.aku putuskan untuk berlari menjauh.
Puing
puing reruntuhan mulai bergerak gerak, dan kemudian muncul sesosok makhluk yang
sama. Kali ini bukan hanya satu tapi sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Hampir
dari setiap puing reruntuhan muncul makhluk mengerikan ini. Dan lebih parahnya,
mereka semua mengejar kearahku. Dari samping, depan dan belakang, mereka
mengelilingiku dari semua arah. Tak ada yang bisa aku lakukan selain melakukan
perlawanan. Saat mereka datang ke arahku, ku ayunkan tongkatku dengan sekuat
tenaga. Menghempaskan beberapa dari makhluk makhluk aneh ini terbang keudara.
Namun ratusan dari mereka bahkan ribuan terus saja datang. Aku mencoba terus berlari dari kejaran mereka, entah apa
yang akan terjadi pada diriku, apakah aku bisa selamat?
to be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar